Tribunpagi, Pemalang Jawa Tengah,-* Di tengah hiruk pikuk bisingnya kota Pemalang ,karena berada di jalur Arus mudik ,arus balik yang sangat ramai ,dimana Kota yang terkenal dengan sebutan " pusere Jawa " ini , merupakan Jalur segitiga yang sangat strategis , Baik dari arah kota Cirebon , Semarang , maupun Purwokerto , jalur ideal bagi para Pengendara , yang masih suka menggunakan jalur Arteri lama , tanpa masuk.lewat Jalan Tol Trans Jawa.
Jalur yang selalu ramai ini, tentunya berdampak padat kebisingan dan polusi bagi kondisi kota Pemalang.
Dalam himpitan kebisingan perkembangan kota , masih ada salah satu Desa diantara 20 Desa atau Kelurahan yang ada di Kecamatan Pemalang Kota , yang masih mampu mempertahankan corak khas kehidupan seperti , keadaan Pedesaan pada era tahun 1960 an , Di mana Ratusan Hewan jenis Kerbau Jawa masih bisa di jumpai , di kamdang kerbau , milik Penduduk Desa Pegongsora , Desa di Pinggir Hutan dan Pinggir kali Waluh, salah satu sungai besar di Kabupaten pesisir utara laut jawa, yaitu Pemalang.
Eko dan Turanto , dua warga Pegongsoran , diantara Penduduk yang masih mempertahankan kearifan lokal,dengan memelihara kerbau , di kandang pinggir hutan dan Kali Waluh, yang berada di sebelah Timur Hutan jati Milik Perhutani.
Kebanyakan Warga Pegongsoran kecamatan Pemalang kota Tersebut ,yang memelihara kerbau , dengan rata - rata , tiap orang mempunyai Hewan berbadan Besar serta Bertanduk ini , jumlah nya antara 4 - 6 ekor , dengan Penyebaran di Dusun Pegongsoran sendiri , serta Dusun Pesalakan , yaitu dusun di sebelah selatan.
Menurut Turanto , yang juga sebagai kakak dari Kepala desa setempat yakni Turitno, mengatakan bahwasanya memelihara kerbau , bagi dirinya adalah hobby dan tradisi tutun temurun , dari orang tua nya.
Dimana masih menurut Turanto , dirinya memelihara kerbau , sebagai buruh , dimana sistem upah nya. Jika kerbau yang di pelihara oleh nya beranak , anak kerbau itulah , yang menjadi separoh upah nya , dengan di jual terlebih dahulu , kemudian uang nya dibagi dua , antara yang empunya kerbau sama , dirinya.
Hewan yang berdaging Gempal , dan berwarna hitam ke abu abu an, kini keberadaan nya semakin sulit di temui , apalagi di daerah perkotaan seperti kecamatan Pemalang , dimana pembangunan , industri Pabrik , kantor , serta perumahan , semakin kini, semakin menghabiskan lahan , namun Pegongsoran , Desa yang hanya beberapa menit saja. Di tempuh dengan kendaraan bermotor, dari Pusat kota Pemalang , masih mampu bertahan , sebagai Desa dengan , gambaran seperti Perkampungan masa lampau , dimana kerbau , suara burung salim bersahutan, dan terkadang sekawanan monyet , masih sering di jumpai , di desa yang berdampingan dengan Harmonisasi Hutan dan Bengawan Kali waluh. bisa di jadikan relaksasi kepenatan dan Reuni masa lalu , bagi kita semua.
( ragil 74 ).